Malam ini hampir sama dengan malam-malam sebelumnya. Berisi kesunyian yang tak lagi aku takuti semenjak insomnia ini menggelayut di mataku. Lantunan suara merdu Demi Lovato dalam kidung skyscraper, menemaniku merangkai kata demi kata malam ini. Ini bukan hanya catatan, ini adalah catatan, benar-benar sebuah catatan, bingung? Hmm, that’s the point. Hehe. Dan aku kembali larut dalam kenangan…
**********
Sebuah cubitan lembut mendarat di lenganku. Bang win, kakak tingkatku di Jurusan Kimia salah satu perguruan tinggi Negeri di Kota Padang, yang sudah kuanggap saudara kandungku sendiri membangunkanku pagi itu. Kebetulan kami satu kosan.
“bangun dek, sahur yuk,”. Katanya sambil tersenyum. Dengan malas aku bangkit dan beranjak ke kamar mandi untuk mencuci muka sekaligus mengambil wudhu. Selepas sahur dan menunaikan sholat subuh di mesjid, bang win mengajakku tadarusan, sekaligus memperlancar bacaan al-Quranku yang agak berantakan.
“bang pengen sekali-sekali adek bangunkan sahur”. Katanya. Aku melongo. Bukan apa-apa, jujur saja waktu itu mataku masih mengantuk. Akhirnya yang keluar dari mulutku hanya “hmmmmm…”
Setelah beres-beres kamar dan mandi pagi, bang win pamit ke kampus. Hari itu ada kuliah jam 7.30. sedangkan aku, kuliah jam 10.30. so, masih ada waktu buat tidur, mumpung mataku mengantuk, hehehe.
“dek, nanti bikin pudding kentang ya, buat buka puasa” katanya sebelum pergi kuliah.
“oke bang.” Jawabku mantap. Yupz, sekedar informasi niy, memasak adalah salah satu hobiku.
Siang itu aku mulai memasak makanan untuk berbuka nanti.aku berencana membuat teh fruity tropical, ayam kecap, tumis kering brokoli dan tentu saja, pudding kentang pesanan bang win. Sejenak aku berfikir, tumben bang win minta pudding hari ini, biasanya tiap kali ku tanya mau bikin masakan apa, dia selalu bilang terserah, soalnya masakan ku katanya enak semua… hehehe, jadi Gr sendiri…
Ashar telah berlalu. Dan matahari hamper tenggelam pertanda waktu berbuka sudah dekat. Tapi bang win belum kelihatan batang hidungnya. Ku SMS, gak dib alas, di telp gak diangkat. Aku mulai emosi. Bukan apa-apa sih, tapi aku sudah masak demikian banyak, pesanannya pula, tapi yang memesan gak muncul-muncul. Walau setan katanya dipenjara selama bulan ramadhan, tapi yang kurasa waktu itu aku mudah sekali emosi. Kucoba me-SMS-nya sekali lagi. Tetap aja gak dib alas. Akhirnya kesabaranku habis, ku kirim sebuah SMS padanya. “Monyet!”
tak betah di kamar, aku keluar sejenak. Benci melihat makanan tergeletak tanpa ada orang yang antusias menyambutnya.
Waktu berbuka pun datang. Segelas air mineral mengalir lembut membasahi kerongkonganku, namun belum cukup meredakan amarahku yang sudah mengubun-ubun. Sementara setan masih berbisik di telingaku “tuh liat, dia gak menghargai apa yang kamu buat” bikin aku semakin meradang. Maghribpun lewat, Akhirnya aku pulang ke kosan. Kulihat bang win sudah pulang. Ketika aku masuk, dia sedang meletakkan tas ranselnya.
“enak sekali dek pudingnya” katanya tanpa rasa bersalah. Kudorong secara kasar tubuhnya hingga terjerembab. Emosikupun kutumpahkan lewat kata makian panjang padanya.
“coba istighfar dek” katanya tenang. “sholat dulu ya”. Sambungnya.
“Assalamu’alaykum”. Sebuah salam terdengar dari depan pintu, segera ku kenali, Dani, adik tingkatku.
“eh, bang riko, kok gak ikut takziah ke rumah si Fulanah bang?”
Hah!! takziah?
“iya bang, kita semua dah menghubungi abang, tapi HP bang gak bisa dihubungi…….bla..bla…bla” ocehan Dani tak lagi kuperhatikan. Aku tertegun.
Rupanya tadi siang, ada salah seorang adik tingkatku yang mengalami musibah, orang tuanya meninggal dunia. Sebagai koordinator kerohanian, seharusnya tugasku yang mengkoordinir kegiatan takziah tersebut, namun saat itu HP ku tak bisa dihubungi pihak kampus karena seingatku siang itu HP ku sedang low bat. Bang win kemudian mengajukan diri menggantikan tugasku agar teman-teman di Himpunan tidak kecewa padaku. HP bang win gak diangkatpun karena HP tersebut terletak dalam tas yang tertinggal di bagian belakang mobil.
Kupandangi lelaki yang baru saja ku maki. Rasa bersalah menjalar menggerogoti jiwa ragaku. Aku tertunduk…
“maafkan ito ya bang…” ucapku perlahan.
********
Peristiwa itu masih saja membekas di hatiku. Kesabaran, husnudzon, dan ikhlas. Pelajaran berharga dari kakakku yang takkan pernah terlupakan.
Suara dering SMS membuyarkan lamunanku, dari bang win.
“bangun dek, sahuuurr, :-)”
maafkan ito ya bang....
01.15 |
Label:
diary aku dan sahabat
Read User's Comments(0)
Langganan:
Komentar (Atom)
