Diberdayakan oleh Blogger.
RSS

kwitansi kosongnya dunk......

"tolong kwitansi kosongnya, ya dek. yang ditanda tangani ya sekalian distempel" ujarnya datar.
sontak kepalaku mengarah kepada beliau. seorang kepala sekolah di daerah x sedang membeli beberapa peralatan elektronik untuk sekolah. setelah membasahi telunjuknya dengan air ludahnya, beliau menghitung uang yang akan dibayarkan untuk membeli seperangkat peralatan elektronik tadi. dengan senyum kecut aku mengalihkan pandangan dari beliau.

sepulangnya dari toko elektronik tersebut, saya masih teringat pada ibuk bergaya parlente tadi. kwitansi kosong? untuk apa? seingat saya, setiap pembelian sarana dan prasarana sekolah, pihak sekolah wajib memberikan kwitansi sebagai lampiran dalam laporan penelitiannya. kwitansi tersebut wajib ditanda tangani dan distempel oleh pihak penjual barang. jadi???

inilah sisi lain wajah pendidikan di negara kita. buram, hitam dan penuh intrik busuk beberapa pejabatnya. bukannya saya skeptis dengan pendidikan negara kita, namun kasus di atas hanyalah satu dari kasus-kasus penyelewengan yang memang sepantasnya diusut tuntas dan diperiksa secara jujur dan adil oleh pejabat yang berwenang. masalah pendidikan ini sebenarnya sudah warisan dari pejabat-pejabat sebelumnya. mungkin inilah warisan orde baru yang masih kuat melekat dalam diri pejabat di Indonesia khususnya pejabat bidang pendidikan. saat ini tujuan, visi dan misi pendidikan hanyalah sebagai madu pengoles mulut, sedangkan racun culas dan curang masih mengalir deras dalam aliran darah mereka. sekali lagi wahai pembaca, saya tidak menyatakan keseluruhan pejabat, tetapi ini hanyalah sebagai kasus. namun kasus ini sudah akut dan bernanah, yang merupakan borok bagi wajah dunia pendidikan di tanah air.

entah akan jadi apa pendidikan di tanah air ini jika 'warisan' ini masih membudaya di Negeri ini. rasa miris tak henti-hentinya menyayat hati saya sebagai seorang guru muda. ketika seorang guru dituntut untuk meningkatkan kompetensinya menjadi tenaga profesional, para pejabatnya malah berlomba-lomba untuk seminimal mungkin membelanjakan dana bantuan yang sebelumnya ditulis dengan harga barang yang selangit!! sebagai contohnya saja, buku yang dibeli dengan harga 35 ribu, dalam laporan keuangan akan tertulis sebesar 50 ribu!! ckckckck... maka semakin besarlah aset banksaku beberapa pejabat hitam yang katanya terhormat tersebut. dan ketika guru protes akan mutu dan kualitas barang yang dibeli, maka sang guru tersebut harus bersiap-siap di damprat oleh pejabat tersebut dengan kesimpulan "sudah untung kami belikan! kalo nggak?!!"

uneg-uneg ini saya tuliskan bukan hanya sebagai jeritan hati saya sebagai seorang guru yang berkutat dalam dunia pendidikan, tapi sebagai bahan renungan bagi kita, akankah keadaan ini kita biarkan selamanya? dan sebagai guru, saya berharap tulisan ini mampu mengetuk pintu hati beberapa pejabat yang "terhormat" tersebut, agar kembali meluruskan niat dalam memajukan mutu dan kualitas pendidikan di Indonesia.
dan kedepannya, semoga tak ada lagi pejabat yang dengan santainya berucap, "kwitansi kosongnya dunk bang....."

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 komentar:

Posting Komentar

Pengikut