belasan tahun lalu kampung ini kujejaki. lalu apa istimewanya kampung ini? hmmm, banyak... banyak hal yang istimewa dari kampung ini, tapi itu dulu... belasan tahun yang lalu.
pagi, dan sangat dingin. hawa dingin menyentakku bangun. menggetarkan bulu roma dan membuyarkan kantuk yang memasungku. namun tak berhenti sampai disana saja, sayup-sayup telingaku menangkap suara yang syahdu, panggilan terindah yang pernah ku dengar. adzan. ya, sewaktu kecil, saya sebagai anak nagari di sebuah perkampungan di pesisir selatan terbiasa tidur di mushala atau dalam bahasa minangkabaunya, surau. aku masih berperang dengan rasa malasku ketika sebuah jalinan lidi singgah di pahaku. aduh... pedihnya mak! kubuka mata, alamak, pak uo telah berdiri dengan garangnya di depan kami seraya melecutkan lidi ke kaki kami masing-masing. dengan tergopoh-gopoh kami berebut ke sungai untuk berwudhu. dilanjutkan dengan sholat berjamaah dan mengaji. indah... sangat indah, meski waktu itu, kami melakukannya dengan sedikit dongkol.
masih pagi, sebelum mentari menyapa alam dengan kilauan cahayanya, aku beserta temanku telah bertolak ke baruah (sebutan untuk dataran yang lebih rendah, biasanya menghadap ke barat) ke areal persawahan yang luas. canda dan tawa mewarnai kebersamaan kami sembari tetap menajamkan mata menyapu jerami-jerami padi yang sebagiannya telah menjadi abu sambil berdoa, semoga ada telur itik nangkring disana. ya, kami berburu telur itik, karena di musim2 menyabit padi, biasanya peternak itik melepaskan itik ke areal persawahan. kadang kala, sang peternak sengaja menyisakan satu atau dua butir untuk ditinggal di sawah tersebut. selain telur, kami juga mencari jamur padi disekitar persawahan. setelah berburu telur itiak dan jamur, perjalanan kami lanjutkan ke sungai. mandi bersama sapi-sapi peliharaan kami. beberapa diantara kami ada yang sibuk menangkap udang. nangkapnya susah susah gampang. seru!! air memercik ke udara diantara tawa bahagia kami. puas mandi mandi, kami segera balik ke surau. jamur yang kami dapatkan, ditumis hanya menggunakan bawang merah dan bawang putih serta sedikit garam. rasanya? hhmmm, luar biasa enaknya!! sedangkan udang yang didapat, digoreng atau di bakar ditambah panggang biji talawi atau ubi bakar. kenikmatan alami yang susah diungkapkan dengan kata-kata!!! siangnya kami duduk2 di dangau ditepi sungai. sungai disini airnya sangat jernih, dan dangkal, hanya sedalam pinggul sampai dada kami dan agak deras. hawa panas yang menyengat tak terlalu kami hiraukan, karena segelas air kelapa muda sanggup menghilangkan dahaga yang menyengat kerongkongan kami.
begitulah kami... menyatu dengan alam. jika hujan turun sore hari, itulah anugerah. berlari-lari ditengah hujan sembari main perang-perangan, adalah kegiatan favorit kami. cewek dan cowok ikut ambil bagian. beberapa dari kami terjatuh sampai berdarah, namun tak ada yang cengeng. bila ada yang bertanya, kenapa kami jatuh, kami dengan lantang menjawab, 'untuk bangkit kembali'. dan bersamaan dengan mengelincirnya mentari, kami kembali ke areal persawahan untuk memancing belut. semua saling berlomba mendapatkan belut yang banyak. menyenangkan dan kebersamaan kami sangat hangat, sehangat mentari senja yang menggiring kami kembali pulang untuk ganti baju dan bersiap kembali ke surau.
ada yang unik dalam perjalanan kami ke surau. karena tidak ada listrik dan penerangan jalan, biasanya kami pergi menggunakan suluah (sebutan untuk seikat daun kelapa kering kemudian dibakar). setelah sholat maghrib berjamaah, kegiatan dilanjutkan dengan belajar mengaji bagi kami yang masih kanak-kanak dan menghafal al-Quran bagi senior kami yang lebih besar hingga sholat isya dipandu seorang labai yang biasa kami panggil pak uo. setelah isya biasanya kami makan bersama di mushola dengan bekal dari rumah. sambil tukar-tukaran samba (lauk). kalio jariang (jengkol) menjadi menu rebutan. menu favoritku, sambalado asam, atau sambalado terasi, dan goreng ikan asin tambah jo abuih pucuak parancih (tumisan daun ubi). nikmat dan lahap... apalagi sambalado asamnya... hmmmm... yummy.
habis makan kami istirahat sejenak, lalu diteruskan dengan tidur malam. batas toleransi tidur adalah pukul 21.30 WIB. kalo ada yang masih maota (ngobrol), siap-siap kakinya kena lidi!!
jam satu malam, kami terbangun dan segera bergegas ke halaman surau. bersama, kami latihan silek muaro. gerakan demi gerakan beradu dalam harmonisasi persahabatan kami yang indah. pak uo selalu berpesan, tetap lestarikan silat ini, karena inilah jati diri seorang anak minangkabau. dan pesan itu masih ku ingat sampai sekarang. bagaimana kesabaran, keuletan dan ketelatenan beliau dalam mendidik kami. semua akan tetap ku ingat dalam memoriku.
begitulah kegiatan kami dulu sewaktu masih kanak2 d kampung. alam yang lembut tapi keras mengajarkan kami agar terus berjuang menapaki hidup yang sulit. dan takkan ada kesulitan yang berarti selama kami terus berusaha dan berdoa. terima kasih pak uo,,... terima kasih teman2.. terima kasih ayah ibu...
mengenang teman2 masa kecilku, dan pak uo yang telah mendahului kami. miss u all... taragak mangaja durian bareng, mencari incek talawi, ambacang, mamanjek batang manggih, mamanciang baluik, mancari talua itiak, ngaji bareng, mandi2 di batang ayia sambil manangkok udang, mancari pakih de el el...




2 komentar:
ini ada beberapa link referensi yang bagus untuk dibaca:
http://ustadzaris.com/kata-sepakat-ulama-dalam-haramnya-musik
http://ummahat-salafy.blogspot.com/2011/03/yes-i-left-my-music-for-sake-of-allah.html
http://muslim.or.id/fiqh-dan-muamalah/saatnya-meninggalkan-musik.html
http://muslim.or.id/fiqh-dan-muamalah/ketika-agama-telah-mengharamkan.html
semoga bermanfaat untuk dunia wal akhirat. . .
thanks ummu maryam...
Posting Komentar